7 Flora Endemik Dan Khas Pulau Sumatera Yang Mengagumkan

Flora Endemik Sumatera - Endemisme dalam istilah ekologi yakni suatu gejala yang dialami oleh suatu organisme untuk bisa menjadi unik pada satu lokasi geografi tertentu, seperti pulau, lungkang, negara maupun zone ekologi tertentu. Untuk bisa dikatakan sebagai endemik satu organisme mesti ditemukan cuma di suatu tempat serta tidak ditemukan di tempat lainnya. 

Sebagai contoh ialah burung jalak bali, dimana cuma ditemukan di Taman Nasional Bali Barat yang berada di Pulau Bali. Faktor fisik, iklim, serta biologis bisa mengakibatkan endemisme. Sebagai contoh, babi rusa jadi endemik sebab isolasi geografi yang dialaminya serta rintangan ruang hidupnya di Pulau Sulawesi mengakibatkan dia berubah menjadi fauna khas yang hanya ditemukan di pulau Sulawesi saja. Beberapa ancaman pada daerah dengan endemisme tinggi ialah penebangan hutan dengan cara yang berlebihan dan cara pembukaan lahan melalui cara membakar hutan.

Berbicara tentang endemik, tentunya Indonesia merupakan negara yang memiliki fauna maupun flora endemik. Walaupun demikian, kebanyakan dari kita tidak mengetahui apa-apa saja baik itu fauna maupun flora yang ada di Indonesia. Untuk itu pada kali ini abang nji akan memberikan informasi kepada sahabat sekalian tentang flora endemik di Indonesia, akan tetapi dengan ruang lingkup yang lebih kecil yakni hanya di pulau Sumatera. Berikut informasi tentang 7 Flora Endemik Dan Khas Pulau Sumatera Yang Mengagumkan.

1. Padma Raksasa (Rafflesia arnoldii)
Sumber: @maizalchaniago via Instagram
Klasifikasi Ilmiah 
Kingdom:    Plantae 
Divisi:          Magnoliophyta 
Kelas:          Magnoliopsida 
Ordo:           Rafflesiales 
Famili:         Rafflesiaceae 
Genus:        Rafflesia 
Spesies:      R. arnoldii

Padma raksasa yang memiliki nama latin Rafflesia arnoldii merupakan tumbuhan parasit obligat yang populer disebabkan karena mempunyai bunga yang memiliki ukuran sangat besar, bahkan dikategorikan sebagai bunga paling besar di dunia. Flora ini tumbuh di jaringan tumbuhan merambat yakni liana Tetrastigma serta tidak mempunyai daun sehingga tidak dapat melakukan proses fotosintesis untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi dirinya sendiri.

Penamaan bunga raksasa ini tidak lepas oleh sejarah ditemukannya flora ini untuk pertama kalinya di hutan tropis Bengkulu yang berada di pulau Sumatera yakni pada tahun 1818  di suatu tempat yang lokasinya dekat dengan Sungai Manna, Lubuk Tapi, Kabupaten Bengkulu Selatan, sampai-sampai Bengkulu terkenal dengan julukan Bumi Rafflesia.

Seseorang yang pertama kali menemukan bunga raksasa ini adalah Dr. Joseph Arnold yang kala itu tengah mengikuti suatu kegiatan ekspedisi yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles. Jadi asal mula pemberian nama bunga Rafflesia arnoldii ini didasarkan dari paduan nama antara Thomas Stamford Raffles yang merupakan pemimpin ekspedisi dan juga Dr. Joseph Arnold sebagai seseorang yang menemukan bunga tersebut untuk pertama kalinya.

Tumbuhan ini endemik di Pulau Sumatra, khususnya bagian selatan seperti Bengkulu, Jambi dan juga Sumatra Selatan. Taman Nasional Kerinci Seblat adalah wilayah konservasi utama bagi spesies ini. Jenis ini, bersama dengan anggota genus Rafflesia lainnya, terancam statusnya karena penebangan hutan secara liar yang semakin tidak terkendali.

Deskripsi Morfologi Rafflesia arnoldii 
Rafflesia arnoldii sendiri memiliki bunga yang melebar dengan lima mahkota bunga. Bunga merupakan satu-satunya bagian tumbuhan yang kelihatan dari Rafflesia arnoldii, lantaran tidak terdapatnya akar, daun dan juga batang. Satu bunga terbagi dalam lima kelopak kasar yang berwarna orange serta memiliki bintik-bintik dengan krim yang berwarna putih. Saat bunga mekar, diameternya bisa mencapai 70 sampai 110 cm dengan tinggi yang mencapai 50 cm serta berat sampai 11 kg. 

Rafflesia arnoldii sendiri, mempunyai suatu organ reproduksi, yakni berupa benang sari dan juga putik, dalam sebuah rumah yang ada pada bagian tengah dasar bunga yang memiliki bentuk melengkung seperti gentong. Perlu kita ketahui bersama, proses penyerbukan bunga raflesia sendiri dibantu oleh serangga yang memiliki ketertarikan pada bau bunga yang begitu menyengat.

Perlu kita ketahui, Kuncup-kuncup bunga dari Rafflesia arnoldii terbentuk diantara sela-sela batang dengan waktu pertumbuhan bunga bisa memerlukan waktu hingga 9 bulan dan juga waktu mekar kurang lebih 5-7 hari, selanjutnya bunga raflesia akan layu dan pada akhirnya akan mati. 

2. Bunga Bangkai Raksasa (Amorphophallus titanium)
Sumber: @indoflashlight via Instagram
Klasifikasi ilmiah
Kingdom:  Plantae
Divisi:        Magnoliophyta
Kelas:        Liliopsida
Ordo:         Alismatales
Famili:       Araceae
Genus:      Amorphophallus
Spesies:    A. titanum

Kibut atau bunga bangkai raksasa yang memiliki nama latin Amorphophallus titanum Becc., adalah tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae) yang termasuk flora atau tumbuhan endemik dari Sumatra, Indonesia, yang terkenal sebagai tumbuhan dengan bunga (majemuk) paling besar di dunia, walaupun catatan mengatakan jika kerabatnya, A. gigas bisa menghasilkan bunga yang tingginya dapat mencapai 5 meter. 

Kibut yang terkenal dengan sebutan bunga bangkai karena bunganya yang mengeluarkan bau yang tidak sedap seperti halnya bau bangkai yang telah membusuk, yang sesungguhnya ditujukan guna mengundang kumbang dan juga lalat untuk menyerbuki bunganya. 

Deskripsi Morfologi 
Meskipun ukuran bunga bangkai (Amorphophallus titanum) lebih besar dibandingkan bunga Rafflesia arnoldii, bunga bangkai bukan bunga dengan ukuran yang terbesar, karena sesungguhnya bunga bangkai terdiri dari kumpulan beberapa ribu bunga kecil yang juga tumbuh dan berkembang pada batang yang sama. 

Bunga bangkai bukan termasuk ke dalam jenis bunga tunggal, akan tetapi masuk dalam tipe bunga majemuk (inflorescence). Bagian yang menjulang (tongkol atau spadix) pada bunga itu sesungguhnya terdiri dari kumpulan-kumpulan koloni bunga kecil. Meskipun sama-sama memiliki bau busuk, bunga bangkai tidak sama dengan bunga Raflesia, baik dari klasifikasi biologis, warna, cara hidup, serta siklus hidupnya. 

Perlu kita ketahui bersama, bunga bangkai sendiri mengalami dua fase dalam kehidupannya yang muncul dengan cara bergantian serta tiada henti, yakni fase vegetatif (aseksual) dan juga generatif (seksual). Sepanjang fase vegetatif, di atas umbi akan tampak atau muncul batang tunggal dan juga daun seluruhnya serta selintas menyerupai pohon pepaya. 

Bunga bangkai bisa mencapai ketinggian kurang lebih 2 meter dengan rentang mahkotanya yang dapat  mencapai 1 hingga 5 meter. Walaupun begitu, Kebun Raya Cibodas Indonesia sudah pernah menginformasikan pada tanggal 11 Maret 2004, jika bunga yang mekar disana dapat mencapai ketinggian 3,17 meter.  

Proses pertumbuhan dari biji sampai menjadi bunga memerlukan waktu tiga tahun lamanya. Jikalau selama waktu mekar bungai bangkai berlangsung proses pembuahan, maka dapat ditemukan buah-buah berwarna merah dengan biji di bagian bekas pangkal bunga. Biji-biji ini tentunya dapat ditanam menjadi sebuah pohon pada fase vegetatif. Biji-biji inilah yang saat ini banyak dibudidayakan. 

Ekologi Dan Habitat 
Bunga bangkai sendiri adalah tumbuhan khas dataran rendah yang tumbuh di wilayah beriklim tropis serta subtropis dari mulai kawasan Afrika barat sampai ke Kepulauan Pasifik, termasuk juga di Indonesia tentunya. Bunga Titan Arum bisa ditemukan pada habitat hutan tropis di Sumatera, terutamanya di ketinggian antara 120 sampai 365 meter diatas permukaan laut.

Ancaman Terhadap Bunga Bangkai
Populasi bunga bangkai liar telah makin berkurang, hal ini disebabkan karena habitat alaminya banyak dialih fungsikan baik itu area pertanian, perkebunan maupun pemukiman. Pemicu lainnya yakni warga yang merasa terganggu dengan bau busuk yang dikeluarkan oleh bunga ini, lalu memangkas bunga dan juga daunnya.

3. Cemara Sumatera (Taxus sumatrana)
Sumber: @bp2lhk_aeknauli via Instagram
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom: Plantae 
Division: Pinophyta 
Class: Pinopsida 
Order: Pinales 
Family: Taxaceae 
Genus:     Taxus 
Species:   T. sumatrana 

Cemara Sumatera sendiri merupakan salah satu dari sedikit sekali tumbuhan atau pohon yang dapat menghasilkan O2 atau oksigen tiada henti sepanjang 24 jam. Dan artinya satu pohon Cemara Sumatera selalu menghasilkan oksigen sepanjang dia masih hidup. 

Cemara sumatra adalah satu diantara jenis pohon berdaun jarum yang yang tumbuh dengan alamiah di Indonesia yakni di pulua Sumatera tentunya. Cemara sumatera sendiri tumbuh dengan alami di hutan sub tropis ataupun hutan hujan pegunungan di Pulau Sumatera yang berada pada ketinggian 1.400 hingga 2.300 meter dari permukaan laut. 

Tumbuhan ini dapat berbentuk semak, pohon rendah seperti halnya pernah ditemukan di Taman Resort Simalem, kabupaten Karo, Sumatera Utara dan juga ada yang berbentuk pohon tinggi ketinggiannya dapat mencapai 30 meter. 

Sayangnya, walau namanya adalah Cemara Sumatera, sangat sedikit riset ilmiah yang telah dikerjakan tentang jenis ini di Indonesia. Benar-benar berbeda dengan beberapa negara di belahan bumi bagian utara yang sudah benar-benar berkembang dalam mempelajari maupun meneliti Taxus Sumatrana dari berbagai bermacam aspek.

Manfaat Cemara Sumatera
Berdasarkan beberapa riset yang telah dilaksanakan, tumbuhan Taxus sumatrana ini memiliki kandungan zat Taxol yang dipercaya dapat mengobati kanker, sehingga banyak dicari oleh masyarakat setempat.

Perlu kita ketahui bersama, penemuan senyawa kimia taksol yang terdapat dalam tumbuhan Taxus sumatrana ini, memberi sebuah harapan baru untuk pasien yang terkena virus kanker. Senyawa taxol memiliki keaktifan yang bisa membunuh virus penyebar beberapa kanker, seperti kanker rahim dan juga kanker payudara.

4. Tusam Sumatera (Pinus merkusii)
Sumber: @thomas_raihan via Instagram
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom: Plantae 
Divisi:       Spermatophyta 
Ordo:        Conifer 
Famili:       Pinaceae 
Genus:      Pinus 
Spesies:    Pinus merkusii Jungh. et de Vriese 

Pohon Pinus merkusii Jungh. et de Vriese adalah jenis pinus yang tumbuh asli di daerah Indonesia yang pertama kali ditemukan dengan nama Tusam di wilayah Sipirok, Tapanuli Selatan oleh seseorang pakar botani dari Jerman yang bernama Dr. F. R. Junghuhn. 

Tidak hanya termasuk ke dalam jenis tanaman cepat tumbuh atau fast growing species, jenis pinus ini adalah jenis pinus yang tidak membutuhkan kriteria tempat tumbuh yang khusus sehingga sangat gampang untuk dibudidayakan bahkan juga pada tempat yang kering tumbuhan ini juga dapat bertahan hidup. 

Bukan sekedar kayunya saja yang bisa digunakan, jenis pohon ini juga dimanfaatkan dari Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yakni getah yang dihasilkan dari pohon Pinus merkusii ini bisa juga diolah menjadi gondorukem dan juga terpentin. Kedua hasil atau bentuk olahan getah pinus ini sangatlah bermanfaat untuk dijadikan bahan baku pada berbagai industri. Oleh karenanya, Pinus merkusii benar-benar punya potensi yang sangat besar untuk diusahakan. 

Morfologi Pohon Pinus merkusii
Pohon pinus sendiri merupakan pohon yang memiliki akar tunggang dengan sistem perakaran yang cukup dalam serta kuat sehingga bisa tumbuh di tanah yang tebal sekalipun dengan tekstur tanah ringan sampai sedang. Jenis pinus ini pun tidak mempunyai syarat khusus berupa ketinggian untuk jenis tanah tempat tumbuhnya sebab pohon pinus bisa tumbuh pada beragam jenis tanah bahkan juga pada tanah dengan pH yang asam. 

Pinus merkusii bisa tumbuh dan hidup di berbagai ketinggian tempat, akan tetapi tempat tumbuh ideal untuk jenis pohon pinus ini berada di ketinggian tempat di antara 400 hingga 2000 mdpl. Pohon pinus yang ditanam di ketinggian tempat kurang dari 400 mdpl akan mengakibatkan pertumbuhannya tidak maksimal dikarenakan suhu udara yang terlampau tinggi. 

Tidak hanya itu, pertumbuhan pohon pinus jika ditanam pada ketinggian tempat lebih dari 2000 meter di atas permukaan laut (MDPL) pun tidak akan maksimal karena akan mengakibatkan terganggu dan terhambatnya proses fotosintesis pada pohon. 

Perlu kita jetahui bersama, Pinus merkusii adalah satu-satunya jenis pohon pinus yang tumbuh alami di Indonesia khususnya di daerah Aceh, Tapanuli, dan juga Kerinci. Akan tetapi diawali pada tahun 1970 an Pinus merkusii mulai ditanam dan dibudidayakan di Pulau Jawa yang dimanfaatkan untuk  bahan baku industri kertas dan juga untuk kegiatan reboisasi lahan-lahan dengan kondisi kritis. 

Pohon Pinus merkusii sendiri dapat tumbuh dengan ketinggian yang mencapai kisaran 20-40 meter dengan diameter yang dapat mencapai kisaran 70-90 cm, bahkan pada pohon pinus yang telah berumur  tua diameter pohon pinus bisa sampai 100 hingga 145 cm. 

Pada keadaan tegakan tertutup bentuk batang pohon pinus akan lurus, akan tetapi pada keadaan tegakan terbuka maka batang pohon pinus akan membengkok. Batang pohon pinus tidaklah berbanir serta mempunyai kulit batang dengan tekstur yang relatif kasar. Kulit batang pohon pinus ini berwarna coklat kelabu dan ada juga yang berwarna coklat tua serta tidak gampang terkelupas. 

Sumber: @plantzager via Instagram
Daun pohon pinus berbentuk jarum-jarum serta di bagian pangkalnya dapat ditemukan sarung sisik yang melingkari dua daun jarum. Panjang daun pohon pinus sekitar 10-20 cm. Pohon pinus berbunga  dan membuat strobilus (alat reproduksi) serta dapat berbuah sepanjang tahun, khususnya bulan Juli hingga November. Bunga jantan sendiri berbentuk seperti bulir tertumpuk pada pangkal tunas muda, sedangkan bunga betinanya terkumpul pada ujung tunas muda dalam jumlah yang sedikit. 

Biji pohon pinus yang baik mempunyai warna kulit kering kecoklatan dan juga memiliki bentuk yang bulat padat dan tidak berkerut. Buah pohon pinus sendiri memiliki bentuk kerucut. Tajuk pada pohon pinus ini mempunyai bentuk yang unik yakni berupa kerucut, tidaklah terlalu lebar dan juga cukup rapat pada pohon yang muda, sedangkan pada pohon yang telah berumur tua bentuk tajuknya menjadi seperti limas serta agak jarang-jarang. 

5. Kemenyan Toba (Styrax sumatrana)
Sumber: @syamz_rustam via Instagram
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom:   Plantae
Divisi:        Spermatophyta 
Kelas:        Dicotyledonae 
Ordo:         Ebeneles 
Family:      Styraceae 
Genus:      Styrax 
Spesies:    Styrax sumatrana J.J.SM (Oetomo, 1974) 

Kemenyan toba yang memiliki nama latin Styrax sumatrana adalah jenis kemenyan yang banyak diusahakan oleh sebagian besar warga di Sumatera Utara lantaran kualitas serta jumlah getahnya yang lebih baik bila dibanding dengan jenis lainnya. Di Sumatera Utara kemenyan toba bisa didapati di Kabupaten Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Pakpak Bharat serta Toba Samosir. 

Tempat tumbuh kemenyan terdapat di ketinggian antara 600 hingga 2000 mdpl, akan tetapi di Tapanuli Utara kemenyan tumbuh baik di ketinggian 1000 hingga 1500 mdpl. Heyne salah satu peneliti pada tahun 1987 mengemukakan bahwa kemenyan toba dapat tumbuh baik pada tanah yang kaya akan humus dengan kelembaban lumayan tinggi, berdrainase baik, curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun dengan temperature 180-230°C serta bisa tumbuh baik pada topografi bergelombang hingga berbukit. 

Morfologi Pohon Kemenyan 
Pohon Kemenyan termasuk juga ke dalam golongan pohon besar, yang tinggi dari pohon ini bisa mencapai 20 – 40 meter dengan diameter batang dapat mencapai 60 – 100 cm. Bentuk batang lurus dengan cabang yang sedikit. Kulit beralur tidak terlalu dalam (3 - 7 mm) serta kulit pohon yang berwarna merah anggur 

Manfaat Dari Kemenyan 
Usaha pelestarian tanaman penghasil senyawa bioaktif di Indonesia tampaknya perlu mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah khususnya dikarenakan tersimpan potensi dan nilai ekonomi tinggi. Kemeyan dapat tumbuh dengan baik di hutan Sumatera Utara dan menjadi satu diantara sumber pendapatan warga di sejumlah desa, yakni dengan memanfatkan getah kemenyan untuk dijual. 

Pemakaian kemenyan sudah dikenal luas hampir di seluruh wilayah Indonesia, yang dimanfaatkan sebagai bahan obat, baik sebagai obat tradisional, industri rokok, batik serta upacara ritual. Tidak hanya itu, tanaman kemenyan merupakan tanaman yang tergolong sebagai kelompok Styrax yang memiliki kandungan senyawa kimia yang bisa dipakai sebagai obat-obatan. 

Kemenyan diketahui mempunyai banyak sekali senyawa-senyawa bioaktif seperti asam sinamat serta turunannya yakni senyawa kimia yang bisa dipakai sebagai bahan baku untuk industri kosmetik dan juga obat-obatan.

6. Cempaka Wangi (Magnolia champaca) 
Sumber: @cipanas_landscape_ via Instagram
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom:              Plantae
(tanpa takson):     Angiospermae
(tanpa takson):     Magnoliids
Ordo:                    Magnoliales
Famili:                  Magnoliaceae
Genus:                 Magnolia
Spesies:               M. champaca

Cempaka wangi yang memiliki nama latin Magnolia champaca merupakan pohon hijau abadi besar yang bunga putih mapun kuningnya terkenal dijadikan sebagai sumber wewangian. Bunga ini bijinya terbungkus oleh salut biji yang sangat disenangi burung-burung. Cempaka wangi merupakan flora atau tumbuhan yang menjadi identitas dan  tanaman khas bagi Provinsi Aceh tentunta, yang disana terkenal dengan nama Bungöng Jeumpa Gadéng. 

Kegunaan Cempaka Wangi 
Bunga cempaka wangi yang mekar umumnya dijadikan suatu riasan guna menyambut para tamu. Sedangkan bunganya yang masih dalam keadaa kuncup dimanfaatkan menjadi hiasan di rambut penari wanita. Hiasan di rambut ini mempunyai tujuan untuk membuat penari terlihat lebih cantik dan juga anggun seperti layaknya seorang putri. Sekarang, jumlah populasi dari bunga cempaka wangi tidak sebanyak dahulu lagi. Sampai-sampai untuk kebutuhan tata rias dan juga hiasan rambut, warga memakai bunga cempaka wangi tiruan. 

Manfaat lain dari bunga cempaka wangi ialah sebagai pengharum suatu ruangan. Adapun metode yang digunakan dalam membuat bunga cempakai sebagai pengharum ruangan sangatlah gampang. Pertama, kuntum bunga cempaka wangi diltekkan di dalam mangkok yang telah diisi air, selanjutnya mangkok tadi ditempatkan di ruangan yang ingin diberikan bau harum dari bunga Cempaka tersebut. Bunga ini sendiri  dipakai sebagai bahan dasar dari pembuatan minyak wangi yang dikelola di Negara Prancis. 

Tidak hanya memiliki fungsi guna mempercantik dan juga dijadikan pengharum, cempaka wangi juga  digunakan untuk praktik penyembuhan tradisional. Seperti dipakai untuk mempercepat proses pemulihan wanita setelah melahirkan, menyembuhkan buang air kecil yang tidak lancar serta manfaat-manfaat lainnya.

7. Palem Merah (Cyrtostachys lakka Becc.)
Sumber: @viykaa via Instagram
Klasifikasi ilmiah 
Kingdom: Plantae 
Divisi:       Magnoliophyta 
Kelas: Liliopsida 
Ordo: Arecales 
Famili: Arecaceae 
Genus: Cyrtostachys 
Spesies: C. lakka 

Palem merah yang memiliki nama latin Cyrtostachys lakka Becc. merupakan flora maskot dari provinsi Jambi. Pohon ini  merupakan tanaman hias populer yang biasa ditemui di pekarangan rumah masyarakat. 

Nama merah diambil dari warna pelepah daun pohon ini yang merah pekat menyala. Palem merah saat ini jadi satu diantara tumbuhan langka sebab eksploitasi yang dilakukan secara besar-besaran di hutan Sumatra dan juga Malaya

Morfologi Palem Merah
Palem Merahsendiri tumbuh berumpun dengan tinggi yang dapat mencapai kisaran 6 hingga 14 meter. Diameter batang dari pohon ini ramping serta tidaklah terlalu besar. 

Daunnya berwarna hijau mengkilat, bersirip agak melengkung serta memiliki anak daun yang agak kaku. Keunikan jenis palem ini ialah pelepah daunnya berwarna merah. Karena pelepah tersebutlah palem ini dinamakan dan dikenal dengan Palem Merah.

Itulah informasi yang dapat abang nji informasikan kepada sahabat sekalian tentang 7 Flora Endemik Dan Khas Pulau Sumatera Yang Mengagumkan. Jika ada informasi yang kurang lengkap dan sahabat sekalian paham tentang hal tersebut, silahkan hubungi abang nji melalui email yang ada di kontak. 

Semoga bermanfaat.

0 Response to "7 Flora Endemik Dan Khas Pulau Sumatera Yang Mengagumkan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel