11 Peninggalan Kesultanan Banten Paling Bersejarah Beserta Penjelasan

Peninggalan Kesultanan Banten - Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah ada di daerah Tatar Pasundan, prov. Banten, Indonesia. Berkisar tahun 1526, saat kesultanan Cirebon dan juga kesultanan Demak melakukan perluasan pengaruhnya ke daerah pesisir Barat pulau Jawa, dengan cara menaklukan beberapa pelabuhan yang kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer dan juga kawasan transaksi perdagangan, sebagai bentuk antisipasi terwujudnya perjanjian antara kerajaan Portugis dan Sunda yakni pada tahun 1522 Masehi.

Saat itu, Maulana Hasanudin yang merupakan anak dari sunan Gunung Jati berperan penting dalam proses penaklukan tersebut. Setelah terjadinya penaklukan, kemudian Maulana Hasanudin mendirikan benteng pertahanan yang dikenal dengan nama benteng Surowosan yang dibangun pada tahun 1600 Masehi. Lambat laun Surowosan tersebut menjadi daerah kota pesisir, dan ketika Banten menjadi kesultanan yang berdiri sendiri daerah tersebut menjadi pusat pemerintahan.

Selama kurang lebih 3 abad kesultanan Banten menjadi kerajaan yang mampu bertahan bahkan dapat mencapai puncak kejayaannya, dimana pada waktu yang sama para penjajah dari eropa telah menanamkan pengaruhnya. Akan tetapi, setiap kerajaan pastilah memiliki berbagai macam permasalahan internal tidak terkecuali kerajaan Banten. 

Permasalahan kerajaan Banten yakni adanya perang saudara serta persaingan dengan global dalam memperebutkan perdagangan dan juga sumber daya. Selain itu, kerajaan ini juga memiliki ketergantungan persenjataan yang tidak langsung memberikan efek melemahkan kekuatan kesultanan Banten terhadap wilayah kekuasaannya.

Dikarenakan permasalahan internal kerajaan akhirnya kerajaan ini mengalami keruntuhan pada tahun 1813 hal ini juga terjadi setelah sebelumnya simbol kekuasaan kerajaan yakni istana Surowosan  dihancurkan. Pada masa-masa terakhir pemerintahan kesultanan Banten, raja-rajanya hanya sebatas bawahan dari pemerintahan kolonial Belanda karena tidak mempunyai kekuatan saat masa jayanya.

Dengan kisah pemerintahan kerajaan Banten di atas tidak hanya menyisakan cerita sejarah belaka, akan tetapi juga ada peninggalan-peninggalan sejarah baik itu dalam bentuk masjid, istana, benteng dan lainnya. Untuk itu pada artikel kali ini Abang Nji akan memberikan informasi kepada sahabat kalian tentang 11 Peninggalan Kesultanan Banten Paling Bersejarah Beserta Penjelasan.

1. Masjid Agung Banten
Sumber: @randioyster via Instagram 
Masjid Agung Banten merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah kerajaan Banten yang merupakan salah satu kerajaan Islam di bumi Indonesia. Masjid ini terletak di desa Banten Lama, kec. Kasemen dan tentunya masih kokoh dan kita lihat hingga sekarang.

Masjid Agung Banten dibangun pertama kali pada tahun 1556, yakni saat pemerintahan sultan Maulana Hasanudin yang merupakan anak dari sunan Gunung Jati. Masjid ini memiliki keunikan dibandingkan masjid lain, dimana masjid memiliki bentuk menara yang menyerupai mercusuar serta atapnya menyerupai atap pagoda khas Cina yang merupakan karya dari arsitek cina bernama Tjek Ban Tjut. Selain juga terdapat dua serambi yang melengkapi sisi utara dan selatan bangunan utama.

Selain bangunan di atas terdapat juga tambahan bangunan yang juga terletak di kawasan masjid Agung Banten. Nama bangunan tersebut adalah Tiyamah, yakni sebuah paviliun yang memiliki bentuk persegi panjang  khas arsitektur Belanda Kuno. Bangunan ini dirancang oleh arsitektur dari Belanda yang bernama Hendick Lucasz Cardeel.

2. Istana Keraton Kaibon Banten
Sumber: wahyu_ajak via Instagram
Istana Keraton Kaibon merupakan peninggalan kesultanan Banten yang tujuan dibuatnya yaitu sebagai tempat tinggal Ratu Aisyah yang merupakan ibunda dari sultan Syaifudin yang saat itu tengah mengasuh sultan Syaifudin yang masih berumur 5 tahun. 

Saat ini bangunan istana Kaibon hanya meninggalkan sisa-sisa reruntuhan karena pada tahun 1832 bangunan ini dihancurkan oleh pemerintahan Belanda yang saat itu bentrok dengan kerajaan Banten. Penyebab kerajaan ini diserang oleh Belanda sehingga menyebabkan penghancuran istana dikarenakan, pada saat Du Puy yang merupakan utusan gubernur jenderal Daendels meminta kepada sultan Syaifudin untuk melanjutkan pembangunan jalan dari Anyer hingga Panarukan serta pelabuhan armada Belanda yang berada di daerah Teluk Lada.

Akan tetapi, sultan Syaifudin menolak hal tersebut dengan tegas bahkan memancung kepala Du Puy dan mengembalikan kepala tersebut kepada jenderal Daendels. Hal ini membuat jenderal Daendels marah besar dan menyerang kerajaan Banten dan hal inilah yang menjadi asal muasal penghancuran istana keraton Kaibon.
Sumber: wahyu_ajak via Instagram
Arsitektur Istana Keraton Kaibon
Keraton Kaibon merupakan bangunan yang sangat unik dikarenakan keraton Kaibon disekelilingnya adalah saluran air dan keraton ini pun dibangun seolah-olah berada di atas air. Seluruh jalur masuk baik dari depan maupun belakang benar-benar harus melewati jalur air. Pada bangunan ini juga terlihat ciri-ciri bangunan ke-Islamannya, dimana bangunan inti dari bangunan ini yaitu sebuah masjid dengan pilar-pilar tinggi yang terlihat sangat indah dan megah.

3. Istana Keraton Surowosan Banten
Sumber: @museumbantenlama via Instagram
Selain istana keraton Kaibon, peninggalan sejarah kerajaan Banten satu ini juga tidak kalah menariknya. Peninggalan tersebut yakni Istana keraton Surowosan namanya. Jika tujuan dibuatnya keraton Kaibon sebagai tempat tinggal dari ratu Aisyah, tujuan dibuatnya keraton ini yakni sebagai tempat tinggal sultan Banten dan juga sebagai pusat dari pemerintahan.

Istana ini dibangun pada kisaran tahun 1522-1526 saat masa kepemimpinan Maulana Hasanudin yang selanjutnya dikenal merupakan pendiri kesultanan Banten. Berikutnya saat kepemimpinan Banten berikutnya bangunan ini dilakukan perbaikan sekaligus ditingkatkan kualitasnya yang juga melibatkan ahli bangunan saat itu  yang bernama Hendrik Lucasz Cardeel yang berasal dari Belanda.

Perlu kita ketahui, bahwa Hendrik Lucasz Cardeel seorang arsitek bangunan tersebut telah memeluk agama Islam yang kemudian diberi gelar pangeran Wiraguna. Saat ini, bangunan yang berada di dalam dinding keraton juga mengalami kerusakan dan yang tersisa hanyalah runtuhan dinding dan puluhan pondasi kamar berbentuk persegi empat .

Arsitektur Bangunan
Bangunan keraton ini mempunyai 3 gerbang masuk, dimana masing-masing gerbang berada di sisi Utara, Selatan dan Timur. Akan tetapi pintu sisi selatan telah ditutup dengan tembok batu yang belum diketahui apa alasannya. Pada tengah keraton juga terdapat bangunan kolam yang didalamnya berisi air yang berwarna hijau karena telah dipenuhi dengan lumut dan juga ganggang. Di dalam bangunan keraton juga terdapat bekas kolam taman yang bernama Bale Kambang Rara Denok.

4. Benteng Speelwijk
Sumber: @dearsetiawan95 via Instagram
Benteng Speelwijk merupakan peninggalan kerajaan Banten yang berlokasi di jalan Bio Banten No.42 kampung Pamarican, desa Banten, kec. Kasemen, kab. Serang, prov. Banten. Tujuan dari dibangunnya benteng ini yakni sebagai pertahanan dari serangan laut. Benteng ini pun juga dipakai untuk mengawasi aktivitas-aktivitas pelayaran di sekitaran Selat Sunda.

Benteng Speelwijk pertama kali dibangun oleh Hendrik Lucaszoon Cardeel yakni pada tahun 1684 hingga 1685 saat masa pemerintahan sultan Banten Abu Nasr Abdul Qohhar yang berkuasa dari tahun 1672 hingga 1684. Nama Speelwijk sendiri dipakai dalam rangka menghormati gubernur jenderal VOC yang bernama Cornelis Janson Speelman. Speelman pertama kali menjabat pada 25 November 1681 menggantikan Rijkloff Van Goens yang telah meninggal pada 11 Januari 1684 di daerah Batavia.

Arsitektur Bangunan
Benteng Speelwijk dahulunya dikelilingi oleh parit dengan lebar 10 meter dengan tujuan untuk mempersulit pasukan musuh yang hendak menyerang benteng, namun saat ini keberadaan parit hanya tinggal sebagian dan sudah sempit.

Benteng ini juga memiliki ruang bawah tanah yang dahulu digunakan sebagai penjara. Benteng Speelwijk memiliki tinggi yang tidak kurang dari 5 meter dengan pintu masuk yang sempit pada setiap sisinya. Hal ini dilakukan untuk membuat penyerbu benteng akan sulit untuk masuk ke dalam benteng secara beramai-ramai. Untuk lebar dinding benteng sendiri yakni berkisar 1 meter dan lebih sempat jika dibandingkan dengan dinding benteng Istana keraton Surowosan.

5. Danau Tasikardi
Sumber: @wisatabanten.co via Instagram
Danau Tasikardi merupakan sebuah danau buatan yang proses pembuatannnya terjadi pada tahun 1570-1580 yakni pada masa kepemimpinan sultan Maulana Yusuf. Danau ini juga dilapisi dengan ubin dan batu bata. Danau ini terletak di desa Margasana, kec. Kramatwatu, kota Serang, prov. Banten.

Danau Tasikardi dulunya memiliki luas mencapai 5 hektar. Akan tetapi, saat ini luasnya telah berkurang dikarenakan bagian pinggirnya telah tertimbun tanah sedimen yang berasal karena dibawa oleh arus air hujan serta sungai di sekitar danau Tasikardi tersebut.

Pada zamannya, danau Tasikardi memiliki fungsi sebagai sumber air bagi keluarga kesultanan Banten yang tinggal di istana keraton Kaibon sekaligus juga digunakan untuk saluran irigasi air persawahan di sekitar kesultanan Banten. Air tersebut dialirkan ke keraton menggunakan pipa yang dibuat dari tanah liat dengan diameter 2,40 meter. Sebelum dipakai keluarga kerajaan, air diendapkan dahulu di tempat penyaringan yang disebut dengan pengindelan abang.

6. Vihara Avalokitesvara
Sumber: @tryonopambudi via Instagram
Vihara Avalokitesvara merupakan tempat ibadah bagi masyarakat Tionghoa yang berada di seberang kanal benteng Speelwijk. Bangunan ini memiliki kisah yang luar dari latar belakang pembuatannya. Vihara yang berlokasi di kec. Kasemen di daerah Banten Lama ini dikisahkan berkaitan dengan kisah asmara Syarif Hidayatullah yang juga dikenal dengan sunan Gunung Jati.

Salah satu wali dari wali Songo ini dahulu memiliki istri yang merupakan keturunan dari kaisar Tiongkok yang bernama putri Ong Tien. Saat menikahi putri Ong Tien yang telah memeluk agama Islam, masih banyak pengikut putri yang masih memegang teguh keyakinannya.

Melihat hal ini sunan Gunung Jati dengan kebijaksanaanya akhirnya membangun sebuah vihara pada tahun 1542 yang berada di wilayah Banten yang lebih tepatnya berada di desa Dermayon. Akan tetapi, akhirnya pada tahun 1744 bangunan ini dipindahkan ke kawasan Pamarican sampai saat ini.

7. Meriam Ki Amuk
Sumber: jelajah_serang via Instagram
Meriam Ki Amuk adalah sebuah meriam kuno kepunyaan kesultanan Banten yang saat ini posisinya terletak di depan masjid Agung Banten, prov. Banten. Dahulu kala, meriam ini digunakan untuk menjaga pelabuhan Karanghantu yang terletak di Teluk Banten. Meriam Ki Amuk berbahan dasar Perunggu dengan panjang 3 meter, diameter luar sebesar 0,70 meter, diameter dalam 0,34 meter dan beratnya mencapai 7 ton.

Berdasarkan legenda, meriam Ki Amuk merupakan jelmaan dari prajurit kesultanan Demak yang dikutuk. Selain itu, menurut versi sejarah meriam ini dibuat di Jawa Tengah pada abad 16 sekitaran tahun 1527 Masehi dan bisa dikatakan inilah pendapat yang mendekati fakta.  Setelah dibuat, kemudian meriam dihadiahkan untuk kesultanan Banten dari sultan Trenggono yang pada awalnya dikenal dengan nama Ki Jimat.

8. Kerkhoff
Sumber: @diella.dachlan via Instagram
Salah satu peninggalan yang unik serta dapat memberikan informasitentang kehidupan masa lampau contohnya adalah makam. Di area benteng Speelwijk dapat ditemukan beberapa makam peninggalan Belanda. Makam-makam inilah yang disebut dengan Kerkhoff. Kerkhoff berlokasi di kampung Pamarican, kel. Banten, kec. Kasemen, kota Serang, Banten.

Kata Kerkhoff sendiri berasal dari bahasa Belanda yang jika dipecah menjadi 2 suku kata, dimana kerk artinya gereja dan hoff artinya halaman. Sudah menjadi hal yang biasa bahkan dapat dikatakan tradisi bahwa orang Belanda yang beragama Kristen menguburkan keluarganya yang meninggal di samping Gereja.

Seiring berjalannya waktu kata Kerkhoff berubah menjadi sebutan untuk kuburan/pemakaman. Berbeda halnya dengan makam Belanda yang berada di samping Gereja, beberapa makam di kota Serang Banten berada di lingkungan benteng Speelwijk.

Makam-makam ini terbuat dari batu. Sebagian makam masih utuh dan sebagian lagi sudah tidak utuh atau rusak di bagian atasnya karena termakan usia. Di lihat dari pengelompokan jenisnya makam ini terbagi menjadi dua. Pertama, makam dengan batur tinggi yang pada bagian atasnya terdapat sebuah bentuk persegi dilengkapi dengan profil lengkung di bagian atasnya. Ke dua, makam yang memiliki bentuk persegi, sederhana dengan identitas yang dimakamkan ditulis di atas permukaan batu.

9. Pelabuhan Karangantu 
Sumber: @adekial via Instagram
Pelabuhan Karangantu adalah pelabuhan paling besar kedua setelah pelabuhan Sunda Kelapa di Jayakarta yang tercatat dalam buku Mengenal Peninggalan Sejarah dan Purbakala Kota Banten Lama karya Uka Tjandrasasmita, Hasan M Ambary dan Hawany Michrob.

Perlu kita ketahui, pada abad ke 16 pelabuhan ini pernah menjadi tempat singgah para pedagang yang akan menuju benua Australia. Bahkan, saat pertama kali masuk ke pulau Jawa pada tahun 1596 Belanda menggunakan jasa pelabuhan ini untuk berlabuh. Tidak hanya tercatat dalam buku, akan tetapi peninggalan sejarah berupaa barang berharga yang pernah diperdagangkan dapat kita lihat di museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama.

Nama Karangantu berdasarkan mitos yang beredar di masyarakat dikarenakan ada seorang Belanda yang membawa guci berisikan hantu. Kemudian, pada suatu hari guci itu pecah dan hantu yang berada di dalam guci keluar. Sejak saat itulah, pelabuhan ini dikenal dengan pelabuhan Karangantu.

10. Makam Sultan Maulana Hasanudin
Berdasarkan sejarah Banten, Maulana Hasanudin adalah keturunan dari sunan Gunung Jati. Dikisahkan, ia ikut berperan dalam penaklukan Sunda Kelapa kisaran tahun 1527 yang saat itu adalah pelabuhan utama dari kerajaan Sunda.

Setelah berhasil melakukan perluasan kekuasaan, ia membangun sebuah benteng pertahanan yang dikenal dengan benteng Surowosan yang kemudian berubah menjadi pusat pemerintahan kerajaan Banten setelah menjadi kerajaan Sendiri.

Makam ini berada di komplek makam para sultan kerajaan Banten yang berlokasi di lingkungan masjid Agung Banten. Selain makam sultan Maulana Hasanudin, di kompleks makam ini juga terdapat makam sultan Ageng Tirtayasa, sultan Abdul Mufachir Muhammad Aliyudin dan masih banyak lagi.

11. Bale Kambang Rara Denok
Sumber: ikangoceh.blogspot.com
Bale Kambang Rara Denok merupakan kolam taman yang berada di dalam keraton. Di dalam kolam taman ini terdapat pancuran pemandian yang disebur dengan nama pancuran Mas.

Kolam ini berbentuk persegi empat dengan ukuran panjang dan lebar masing-masing 30 meter serta kedalaman mencapai 4,5 meter.Untuk sumber air, kolam taman ini berasal dari danau Tasikardi yang berbentuk sumur dan danau dengan jarak sekitar 2 kilometer dari istana Surowosan.

Itulah 11 Peninggalan Kesultanan Banten Paling Bersejarah Beserta Penjelasan yang dapat Abang Nji informasikan untuk sahabat sekalian. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan serta kecintaan kita terhadap peninggalan-peninggalan sejarah bangsa ini.

Semoga bermanfaat. 

0 Response to "11 Peninggalan Kesultanan Banten Paling Bersejarah Beserta Penjelasan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel