15 Peninggalan Sejarah Kerajaan Sriwijaya Yang Harus Kamu Ketahui
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya - Sriwijaya merupakan salah satu kemaharajaan Bahari yang pernah berkuasa dan berdiri di pulau Sumatera serta banyak memberi pengaruh di berbagai daerah Nusantara dengan daerah kekuasaan yang luas berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, Sumatera, Jawa Barat dan ada kemungkinan juga berkuasa di Jawa Tengah.
Dengan luasnya daerah kekuasan kerajaan Sriwijaya, tentunya kerajaan ini meninggalkan bekas-bekas peninggalan sejarah yang tentunya menarik untuk dipelajari dan diketahu. Untuk itu Abang Nji informasikan kepada sahabat sekalian 15 Peninggalan Sejarah Kerajaan Sriwijaya Yang Harus Kamu Ketahui.
1. Prasasti Kota Kapur
![]() |
Sumber: @ale.woh via Instagram |
Prasasti Kota Kapur adalah prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya yang posisi ditemukannya berada di pulau Bangka yaitu sebuah desa kecil yang dikenal dengan Kota Kapur. Prasasti ditulis dengan aksara Pallawa serta menggunakan bahasa Melayu Kuno yang terdiri dari 10 baris serta ditulis secara vertikal. Pada baris terakhir prasasti terdapat informasi mengenai tarikh pembuatan prasastui yang menunjukan angka 28 April 686 Masehi atau 608 Saka.
Prasasti Kota Kapur memiliki bentuk seperti tugu segi enam tidak beraturan ang semakin kecil bagian atasnya. Prasasti ini terbuat dari batu andesit yang ukuran tingginya 177 cm, lebar bagian bawah 32 cm dan lebar bagian atasnya 19 cm.
Prasasti ini termasuk kedalam dokumen tertulis yang menggunakan bahasa Melayu. Prasasti ini pertama kali ditemukan oleh penemu bernama J.K. Van Der Meulen yakni pada bulan Desember tahun 1982 serta sebagai prasasti pertama kerajaan Sriwijaya yang pertama kali ditemukan.
Orang yang pertama kali menganalisis tentang prasasti ini yaitu H.Kern. Perlu diketahui H.Kern adalah seorang ahli Epigrafi bahasa Belanda yang bekerja di Bataviaasch Genootschap yang terletak di Batavia. Pada awal analisisnya ia menganggap bahwa Sriwijaya merupakan nama dari seorang raja.
Akan tetapi , hal ini dibantah oleh George Coedes yang kemudian menyatakan bahwa Sriwijaya adalah nama dari sebuah kerajaan kuat dan pernah menguasai bagian Barat Nusantara, Thailand bagian Selatan dan Semenanjung Malaya pada abad ke 7 Masehi.
Isi Dari Prasasti
Prasasti Kota Kapur merupakan salah satu dari lima prasasti kutukan yang dibuat seseorang bernama Dapunta Hyang yaitu seorang penguasa Kadatuan Sriwijaya.
2. Gapura Sriwijaya
![]() |
Sumber: warnainfo.blogspot.com |
Gapura Sriwijaya adalah peninggalan kerajaan Sriwijaya yang berbentuk gapura.Gapura ini terletak di dusun Rimba, Kec. Dempo Tengah, Pagar Alam, Sumatera Selatan. Gapura ini terdiri dari 9 bagian gapura, akan tetapi telah roboh akibat dari adanya bencana alam seperti gempa dan juga erosi.
Walaupun telah roboh, keberadaan gapura ini tetap diingat oleh warga setempat. Untuk saat ini informasi mengenai gapura ini masih sangat terbatas, dikarenakan sedang dilakukan penelitian oleh para sejarawan.
3. Prasasti Leiden
Prasasti Leiden adalah prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya yang digores pada lempengan tembaga dengan angka tahun 1005 dengan bahasa Tamil dan Sanskerta. Prasasti ini berisi informasi tentang hubungan baik antara dinasti Sailendra dari Sriwijaya dan dinasti Chola dari Tamil.
4. Prasasti Talang Tuwo
![]() |
Sumber: @baka.neko.baka via Instagram |
Prasasti Talang Tuwo pertama kali ditemukan oleh Louis Constant Westenenk yakni pada tanggal 17 November 1920. Prasasti ini ditemukan di kaki Bukit Seguntang serta merupakan peninggalan sejarah dari kerajaan Sriwijaya.
Prasasti ini ditemukan dalam keadaan yang masih baik dengan bidang datar yang terdapat tulisan dengan ukuran 50 cm x 80 cm. Prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa , bahasa Melayu Kuno yang terdiri dari 14 baris.
Prasasti ini ber angka tahun 606 Saka atau 23 Maret 684 Masehi. Seorang sarjana pertama yang sukses dalam membaca atau mengartikan aksara prasasti tersebut yaitu Van Ronkel Dan Bosch yang kemudian dimuat pada Acta Orientalia. Sejak tahun 1920 prasasti ini telah disimpan di tempat penyimpanan peninggalan-peninggalan sejarah Indonesia yaitu Museum Nasional Indonesia di Jakarta dengan D.145.p sebagai nomor inventarisnya.
Prasasti ini mengisahkan tentang pembangungan taman yang diperintahkan oleh raja Sriwijaya yaitu Sri Jayanasa dengan tujuan sebagai tempat hiburan bagi rakyat pada abad ke-7. Dalam prasasti tertulis bahwa taman berada di tempat yang pemandangannya indah serta lahan yang dipakai terdapat bukit serta lembah. Taman ini dikenal dengan nama taman Sriksetra yang juga dituliskan dalam prasasti.
5. Prasasti Palas Pasemah
![]() |
Sumber: sumbersejarah1.blogspot.com |
Prasasti Palas Pasemah ini pertama kali ditemukan di Lampung Selatan tepatnya di desa Palas Pasemah. Prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno yang terdiri atas 13 baris.
Berdasarkan penelitian dari Boechari pada tahun 1979, dia mengemukakan bahwa berdasarkan perbandingan bentuk huruf dengan prasasti-prasasti lainnya prasasti ini kuat dugaan berasal dari pada abad ke 7 Masehi. Prasasti ini berisikan informasi tentang penaklukan Lampung dan juga kutukan kepada yang telah berani berontak kepada kerajaan Sriwijaya.
6. Prasasti Hujung Langit
![]() |
Sumber: baabun.com |
Prasasti Hujung Langit termasuk ke dalam peninggalan sejarah kerajaan Sriwijaya. Prasasti ini pertama kali ditemukan di Lampung tepatnya di desa Haur Kuning.
Prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa dan menggunakan bahasa Melayu Kuno. Prasasti ini berasal dari tahun 997 Masehi yang berisi tentang adanya pemberian tanah Sima. Penetapan suatu area menjadi Sima, pada umumnya berkaitan dengan terdapatnya bangunan suci yang terdapat di area tersebut.
Prasasti Hujung Langit digoreskan pada sebongkah batu andesit. Pada bagian atasnya berukuran lebih kecil daripada bagian bawah serta sebagian batu bagian bawah sedikit terpendam dalam tanah. Prasasti ini memiliki bentuk yang mirip dengan kerucut dengan tinggi 162 cm serta lebarnya yaitu 60 cm.
Pada prasasti ini terdapat 18 baris tulisan serta di sekitar prasasti terdapat potongan-potongan batu yang berserakan. Adanya potongan-potongan batu tersebut muncul dugaan bahwa dahulu pernah berdiri debuah monumen di sekitaran prasasti. Oleh Punku Haji Yuwa Rajya Sri Haridewa dikeluarkan dalam rangka untuk keperluan bangunan suci Wihara di daerah Hujung Langit.
7. Prasasti Telaga Batu
![]() |
Sumber: situsbudaya.id |
Prasasti Telaga Batu pertama kali ditemukan di sekitaran kolam Telaga Biru, Kel. Tiga Ilir, Kec. Ilir Timur II Palembang. Prasasti ini digoreskan pada sebongkah batu andesit yang telah dibentuk layaknya prasasti. Ukuran untuk prasasti ini yaitu tingginya 118 cm dan lebarnya 148 cm. Pada bagian atas prasasti terdapat hiasan yaitu tujuh ekor kepala ular kobra dan bagian bawahnya ada hiasan berbentuk pancuran.
Prasasti Telaga Batu terdapat tulisan yang berjumlah 28 baris dengan bahasa Melayu Kuno dan berhuruf Pallawa. Tulisan yang digoreskan pada prasasti cukup panjang, akan tetapi secara ringkas isinya berupa kutukan terhadap siapa saja yang tidak taat dan melakukan kejahatan di kedatuan Sriwijaya.
Johanes Gijsbertus de Casparis seorang filolog dari belanda berpendapat bahwasanya orang-orang yang disebutkan pada prasasti ini adalah orang-orang yang dikategorikan berbahaya serta berpotensi untuk melawan ataupun memberontak kepada kedatuan Sriwijaya sehingga perlu dilakukan pengambilan sumpah.
Prasasti ini merupakan salah satu prasasti kutukan yang cukup lengkap memuat nama-nama petinggi pemerintahan. Beberapa sejarawan menganggap dengan adanya prasasti ini , ditarik kesimpulan bahwa pusat Sriwijaya itu ada di Palembang dan petinggi-petinggi yang disumpah tersebut pastinya bertempat tinggal di ibu kota kerajaan.
8. Prasasti Kedukan Bukit
![]() |
Sumber: @pariwisata.palembang via Instagram |
Prasasti Kedukan Bukit pertama kali ditemukan oleh M. Batenburg yakni pada tanggal 29 November 1920, di tepi sungai Tatang yang mengalir ke sungai Musi, kampung Kedukan Bukit, Kel. 35 Ilir, Palembang.
Prasasti ini berbentuk batu dengan ukuram 45 x 80 cm, yang ditulis dengan aksara Pallawa serta menggunakan bahasa Melayu Kuno. Saat ini prasasti disimpan di museum Nasional dengan nomor inventaris D.146.
Isi dari prasasti Kedukan Bukit mengisahkan tentang seseorang utusan kerajaan Sriwijaya yaitu Dapunta Hyang yang melakukan perjalanan suci (Sidhayarta) menggunakan perahu. Saat perjalanan tersebut, ia ditemani dengan jumlah pasukan yang cukup banyak yakni 2000 pasukan. Saat perjalanan suci, ia berhasil menundukan beberapa daerah lainnya.
9. Prasasti Karang Berahi
![]() |
Sumber: baabun.com |
Prasasti Karang Berahi adalah prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya yang pertama kali ditemukan oleh Kontrolir L.M. Berkhout pada tahun 1904 di tepian Batang Merangin. Prasasti ini berada di desa Karang Berahi, Kec. Pamenang, Kab. Merangin tepatnya di dusun Batu Bersurat.
Prasasti Karang Berahi teridentifikasi menggunakan bahasa Melayu Kuno dan beraksara Pallawa. Isi dari prasasti ini yaitu tentang adanya kutukan bagi orang yang tidak setia, tunduk dan orang yang berbuat jahat kepada raja kerajaan Srwijaya. Kutukan pada prasasti ini mirip dengan kutukan yang terdapat di Prasasti Telaga Batu dan prasasti Kota Kapur.
Prasasti Karang Berahi sendiri tidak bertarikh, akan tetapi para sejarawan memperkirakan bahwa prasasti ini dibuat kisaran tahun 680 an atau sekitaran akhir abad ke 7 Masehi. Prasasti ini terbuat dari batu dengan ukuran 90 x 90 x 10 cm serta pada bagian bawahnya berbentuk seperti separuh telur karena telah patah sebelumnya.
10. Candi Muara Takus
![]() |
Sumber: @visit.sumatera via Instagram |
Candi Muara Takus adalah salah satu candi peninggalan kerajaan Sriwijaya yang terletak di Kec. XIII Koto, Kab. Kampar, Riau. Pada kompleks candi tersebut terdapat beberapa candi lainnya yakni candi Bungsu, candi Sulung, Palangka dan Mahligai Stupa. Karena hal inilah banyak sejarawan yang memprediksi bahwa kompleks ini adalah pusat daripada pemerintahan kerajaan Sriwijaya.
Candi Muara Takus dikelilingi tembok yang terbuat dari putih dengan tinggi 80 cm serta berukuran 74 x 74 meter. Di luar area, terdapat pula tembok yang terbuat dari tanah yang berukuran 1,5 x 1,5 cm yang mengelilingi kompleks ini hingga ke tepi sungai Kampar Kanan.
Pada tahun 2009, candi Muara Takus dicalonkan untuk menjadi salah satu dari situs warisan dunia UNESCO.
11. Candi Muaro Jambi
![]() |
Sumber: @pentynadill via Instagram |
Candi Muaro Jambi merupakan sebuah komplek percandian agama Hindu dan Budha dengan areal yang sangat luas serta diperkirakan sebagai candi peninggalan kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Melayu yang ada di Sumatera. Candi ini dibangun sekitaran abad ke 11 serta terletak di kec. Maro Sebo, kab. Muaro Jambi, prov. Jambi.
Luas areal candi ini termasuk yang terluas di Indonesia bahkan juga di Asia Tenggara dengan luasan yang mencapai 3981 hektar. Dan sejak tahun 2009 kompleks candi Muaro Jambi ini sudah dicalonkan sebagai situs warisan dunia UNESCO.
Di dalam kompleks candi juga ditemukan parit ataupun kanal kuno, gundukan tanah yang di dalamnya terdapat struktur bata zaman dahulu serta kolam tempat penampungan air yang dibuat oleh manusia pada zaman tersebut. Selain peninggalan berupa bentuk bangunan, dalam kompleks tersebut juga dijumpai dwarapala, arca prajnaparamita, umpak batu, lesung batu, keramik asing, perunggu tembikar dan banyak benda bersejarah lainnya.
12. Candi Biaro Bahal
![]() |
Sumber: @omar.mohtar via Instagram |
Candi Biaro Bahal juga termasuk ke dalam peninggalan sejarah kerajaan Sriwijaya yang terletak di kec. Padang Bolak, kab. Tapanuli Selatan, prov Sumatera Utara atau lebih tepatnya berada di desa Bahal. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke 11 dengan struktur/bahan bata merah. Kompleks candi ini juga terdiri dari kumpulan candi dimana juga terdapat candi Bahal I, II dan III yang saling terhubung dan terdiri dalam satu garis lurus.
Biaro Bahal I memiliki ukuran paling besar. Pada kaki candi terdapat hiasan papan-papan yang sekelilingnya berukirkan tokoh yaksa dengan kepala hewan dalam keadaan menari. Diantara papan yang yang berhiasan itu terdapat ukiran singa yang sedang duduk. Biaro Bahal II pernah ditemukan suatu arca Heruka yang menggambarkan tokoh pantheon agama Budha beraliran Mahayanan. Sedangkan Biaro Bahal III terdapat ukiran daun.
13. Prasasti Nalanda
![]() |
Sumber: arkenas.kemdikbud.go.id |
Prasasti Nalanda adalah prasasti yang didirikan oleh raja Sriwijaya dengan kerajaan Nalanda. Prasasti Nalanda mengisahkan bahwa raja Balaputra Dewa yang merupakan raja terakhir dinasti Syailendra yang terasing dari Jawa Tengah akibat suatu kekalahan melawan kerajaan Mataram dari dinasti Sanjaya.
Di dalam prasasti Nalanda juga diceritakan bahwa Balaputra Dewa meminta kepada raja Nalanda agar mengakui haknya pada dinasti Syailendra. Prasasti ini juga menceritakan bahwasanya raja Dewa Paladewa mau membebaskan 5 desa dari pungutan pajak dalam upaya membiayai penuntut ilmu Sriwijaya yang belajar di daerah Nalanda.
14. Prasasti Ligor
![]() |
Sumber: kerisku.id |
Prasasti Ligor adalah prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya yang terletak di daerah Ligor, Selatan Thailand. Prasasti ini adalah pahatan yang ditulis dengan pada kedua sisinya. Sisi pertama dikenal dengan Ligor A atau disebut juga dengan nama manuskrip Viang Sa.
Untuk sisi satunya lagi dikenal dengan nama Ligor B yang berangka tahun 775 serta ditulis dengan aksara Kawi. Menurut para ahli, prasasti Ligor B dibuat sendiri oleh maharaja Dyah Pancapana Kariyana Panamkarana yang merupakab salah satu raja dari wangsa Sailendra kerajaan Sriwijaya.
15. Prasasti Amoghapasha
![]() |
Sumber: @lacultureindo via Instagram |
Prasasti Amoghapasha adalah salah satu peninggalan kerajaan Sriwijaya yang dijumpai di wilayah Jambi. Prasasti ini diprediksi telah ada sejak tahun 1826 M. Isi dari prasasti ini mengisahkan adanya sebuah penyerahan hadiah yang diberikan oleh raja Kartanegara kepada raja Suwarnabhumi.
Demikianlah 15 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang dapat Abang Nji informasikan kepada sahabat sekalian. Semoga dengan adanya artikel ini dapat menambah wawasan kita bersama.
Semoga Bermanfaat.
0 Response to "15 Peninggalan Sejarah Kerajaan Sriwijaya Yang Harus Kamu Ketahui"
Post a Comment